Film Fashion yang Wajib Ditonton

Kamis, 27 November 2014

The Devil Wears Prada 

"Kamu pikir ini sekedar majalah biasa? Ini pedoman fashion semua orang yang melahirkan artis-artis terkenal. Disini tempat dimana semua orang bekerja dengan keras. Kamu, hanya 'sudi' bekerja. Ketika kamu hanya bekerja setengah hati lalu menangis hanya karena seseorang tidak memberikan kecupan di kening."
 

RESENSI

Andrea Sachs(Anne Hathaway) biasa dipanggil Andy adalah seorang fresh graduate dari Northwesten University dan ia bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Namun ia sudah melamar kesana-kemari tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Setelah sekian lama akhirnya ia mendapat panggilan kerja di sebuah majalah fashion RUNWAY, RUNWAY dibawah manajemen Ellias-Carlke publication. Di sana ia bekerja sebagai asisten kedua(second assistant),Miranda Priestly(Merlyn Streep). Miranda adalah seorang Senior Editor yang sudah dianggap Legend di perusahaan tersebut.
Pada saat awal ia bekerja, ia sangat stres. Ia melakukan hal yang diluar batas seorang asisten seharusnya. Asisten yang biasanya 'cuma' harus mengankat telepon, mengatur jadwal bos dan mengetik sesuatu kini ia harus berlari-lari. Entah mengantarkan anak Miranda kesekolah, membelikan kopi, mengambil potongan sampel baju, Membawa mobilnya ke bengkel dan semacamnya. Ia juga dilarang untuk ke kamar mandi. Makan siang juga cuma 15 menit. Sangat ketat sekali peraturan di situ sampai ia hanya bisa istirahat hari sabtu-minggu.
Andy juga di pandang sinis oleh Asistem Utama,first asisstant, Emily Charlton karena gaya berpakaiannya yang tak fashionable, bajunya murahan dan tak punya rasa fashion.
Sampai suatu ketika ia dihadapkan pada situasi buruk. Ia dituntut Miranda untuk mengantarkan Miranda ke New York untuk melihat konser kedua putrinya dengan cara apapun dikarenakan pesawatnya gagal berangkat sebab cuaca buruk. Andy berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan pesawat untuk Miranda pulang tetapi tak ada satupun perjalanan pesawat dikaremnakan tornado hebat. Konyolnya Miranda mengatakan bahwa cuacanya cuma rintik-rintik..
Karena ia tak bisa melaksanakan tugasnya, ia di caci habis-habisan oleh Miranda keesokan harinya meskipun dengan nada slow dan tidak membentak tetapi sangat menghujam sekali kata-katanya sampai membuat Andy menangis. Saat itulah ia sadar, ada sesuatu yang ia tak punya sehingga bosnya selalu menyalahkannya atas semua tindakannya. Rasa Fashion. Ia secara tidak langsung dipandang sebelah mata oleh Miranda karena ia selalu berpakaian 'ndeso' dan tidak sylish sama sekali. Lalu iapun ditolong oleh seorang Nigel(Stanley Tucci). Ia memberikan baju-baju sample model untuk Andy. Ia pun memakainya dalam bekerja. Setelah itu segala pekerjaan yang dibuatnya membuat Miranda sedikit terkesan. Ia mulai tidak sering memarahi Andy.
Suatu hari ia membuat kesalahan besar dalam pekerjaan. Saat ia ditugaskan mengembalikan buku dan jas Miranda tanpa terlihat, ia gagal. Miranda yang marah dan tak mau melihat Andy lagi memberikan Andy pekerjaan yang mustahil bagi dia. Membawakannya manuscript novel Harry Potter yang belum terbit dalam waktu 3 jam. Dalam kedepresiannya ia tertolong oleh sosok Christian Thompson(Simon Baker). Ia mempunyai script Harry Potter selanjutnya yang belum terbit dan segera andy membuat copy dari manuscript tersebut.
Setelah tugas itu, berturut-turut Andy bekerja dengan baik. Tugas-tugas yang diberikannya pun dikerjakannya dengan sempurna. Kini pekerjaan yang biasa dilakukan Andy(Menyimpan tas, mengambilkan barang ini itu dan membeli kopi dilakukan oleh Emily). Puncaknya Miranda, mengajak Andy untuk ikut fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily namun kini beralih ke Andy. Saat Andy ingin memberitahu Emily tentang hal itu. Emily mendapat musibah. Ia tertabrak mobil dan kini di rumah sakit.
Andy sekarang berubah, ia lebih sering bergaul dengan jurnalis, para designer dan para model terkenal. Nate(Adrian Grenier) yang juga pacar Andy memutuskan untuk putus sebelum Andy berangkat ke paris.
Sesampainya di Paris, ia mendapat kabar dari Christian bahwa Miranda akan digantikan oleh seorang editor terkenal dari Paris. Ia berusaha untuk memperingatkan Miranda. Ternyata Miranda sudah tahu dan menyiapkan suatu rencana yang bisa dibilang 'licik' tetapi harus dilakukan untuk karirnya seterusnya.
Ending dari film ini, Andy keluar dari RUNWAY dan ia memberikan koleksi baju parisnya pada Emily. Dan Emily memberikan suatu wejangan bagi Next Emily di sampingnya. "Kamu memiliki sepatu yang besar untuk di isi" yang artinya kurang lebih Ia harus bekerja sebaik dan seperti sepatu pendahulunya/orang yang bekerja sebelumnya di tempat tersebut yaitu Andy.

REVIEW
Diangkat dari novel berjudul sama karya Lauren Weisberger, The Devil Wears Prada merupakan film Drama Romantik Komedi yang dapat dibilang agak seru. Mengisahkan seorang pencari kerja yang akhirnya memasuki dunia yang ia tak tahu sama sekali sebelumnya. Dan kini ia harus menghadapinya.Dalam film ini penonton dibuat menyelami dunia sebuah majalah fashion. Bagaimana keadaan didalamnya dan apa saja seluk beluk didalam dunia tersebut.
Bila dibandingkan dengan film-film lain yang mengangkat jenis yang sama, jenis film biografikal yang mengisahkan suatu keadaan/pekerjaan/kisah hidup/kultur/budaya suatu tempat secara mendalam, The Devil Wears Prada memang masih kalah. Film ini tidak seperti Memoris of Geisha yang mengkisahkan tentang kehidupan geisha di jepang secara melankolis, dalam, kritis sekali maupun The Last Samurai tentang samurai yang gagah, menegangkan, seru dan cool abis. Di sini sang sutradara mengkisahkan kehidupan dalam sebuah 'majalah fashion' dan kehidupan kerja didalamnya. Mulai dari kehidupan pekerja yang dituntut lari kesana-kemari, stres dan diamuk bos tergambar jelas dalam film ini.
Ada satu hal yang saya soroti di film ini. Merk. Berkali-kali kita disuguhi merk Kedai kopi terkenal,Starbuck. Saat Miranda memesan kopi, pasti Starbuck. Setiap kali Miranda mengalami waktu kosong, ia selalu meminta Andy membelikan kopi Starbuck sebagai pengisi waiting timenya. Entah itu merupakan suatu perjanjian kerja atau apa, namun menurut saya dengan adanya film ini Starbuck menjadi lebih terkenal.
Lalu Runway, sebenarnya memang ada perusahaan fashion merk RUNWAY, di Prancis. Entah ingin sama seperti novelnya atau supaya karena film itu perusahaan fashion juga RUNWAY, sama seperti perusahaan yang di Perancis supaya tenar atau bagaimana saya tak tahu.
Mengomentari akting, tak perlu ditanya lagi akting dari Anne Hathaway dan Merlyn Streep dalam FIlm ini. Keduanya sempurna sekali memerankan perannya masing-masing. Merlyn Streep sebagai bos yang berpakaian stylish dengan kata yang slow, enteng namun bila sudah mencaci, langsung seperti menghujam ke dada orang tersebut. Persis seperti setan namun mempunyai etika dan halus layaknya model. (Mungkin karena itu namanya Devil wears Prada)

Ending dari film ini,sebuah pesan disiratkan yang saya tangkap. Mungkin fashion merupakan sebuah tren dan identias seseorang. Memang benar seseorang dinilai dari penampilannya dan apa yang dipakainya tetapi bukan baju dan glamour make up namun bagaimana ia menjadi dirinya. Memilih apa yang baik dan berani menolak yang tak sesuai dengan dirinya. Sama seperti saat Andy memilih terus bekerja dengan Miranda dan mengalami hidup seperti saat dia sekarang atau pergi dan memulai hidup baru dengan pekerjaan baru. Dan ia akhirnya memilih mencari pekerjaan baru. Sangat puintis sekali.
Dalam film ini, selain disuguhi wejangan-wejangan, mata kita juga dapat menyaksikan 'peragaan busana' berbagai artis didalamnya. Dapat dibilang film ini mahal dibagian costumenya dan dapat dilihat pula dari setiap kostum yang dipakai, dapat diperkirakan costumnya tidaklah murah.
Overall, film ini tak begitu jelek namun mungkin terlalu tinggi bila dikatakan luar biasa. Cocok dilihat bersama pacar maupun teman.
SINOPSIS FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC 

Confessions of a Shopaholic adalah 2009 film adaptasi dariShopaholic serial novel oleh Sophie Kinsella. Hal ini disutradarai oleh PJ Hogan dan bintang-bintang Isla Fishersebagai tokoh sentral, Rebecca Bloomwood, si shopaholicwartawan. 


Kenangan masa kecil mulai film, sebagai ibu Rebecca membeli sepatu cokelatnya yang akan bertahan selamanya tetapi tidak modis, sementara gadis-gadis lain mendapatkan sepatu trendi cute. Mereka menertawakannya sepatu biasa, dan Rebecca merasa tidak layak. Dia melihat seorang wanita menggunakankartu kredit dan terpesona oleh mereka, mengingini sepatu.


Sekarang, Rebecca Bloomwood (Isla Fisher), tinggal bersama sahabatnya Suze Cleath-Stuart (Krysten Ritter), telah pindah keManhattan untuk terlibat di New York City majalah dunia. Dia memiliki beberapa kartu kredit, dan kecanduan belanja. Dia seorang jurnalis untuk majalah berkebun tetapi mimpinya adalah bergabung dengan majalah mode "Alette".Sayangnya, ketika Rebecca mendapatkan padanya "Alette" wawancara resepsionis laki-laki memberitahukan padanya bahwa pekerjaan telah diisi oleh Alicia Billington. Dia menyarankan untuk bergabung dengan yang lain dari beberapa majalah lain yang dimiliki oleh korporasi, Dantay Barat dan membuatnya sampai ke "Alette" karena perusahaan suka untuk mempromosikan dari dalam. Dia mengatakan padanya bahwa ada wawancara Berhasil ditahan di Tabungan.

Dalam perjalanan ke wawancara kedua, dia terganggu oleh Denny & George penjualan, akhirnya membeli syal hijau. Kartu kreditnya ditolak dan penjualan barang-barang tidak dapat menyimpan begitu Rebecca ras ke pusat hot dog menawarkan untuk membeli semua hot dog jika penjual memberikan perubahan punggungnya tunai. Rebecca kebohongan, mengatakan dengan hadiah untuknya sakit Bibi Ermintrude. Ketika ia wawancara dengan Luke Brandon (Hugh Dancy), dia menyadari bahwa dia adalah orang dari yang meminjamkan $ 20. Sementara ia berbicara di telepon, ia menyembunyikan syal di sebuah bilik di luar kantor. Wawancara tidak berjalan dengan baik, ketika ia bertanya mengapa ia memilih untuk belajar Finlandia lancar dan tentang krisis fiskal saat ini. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya tanpa keberhasilan. Hayley asisten Luke datang ke ruangan dan mengatakan Rebecca bahwa ia menjatuhkan syal. Rebecca permainan mengenalnya dan meninggalkan wawancara.


Frustrasi karena dia kurang sukses, ia dan Suze mabuk menulis surat kepada Alette dan Successful Saving, tapi dia posting masing-masing majalah yang salah. Namun demikian, Luke Brandon mempekerjakan dirinya. Kemudian, daripada menyelesaikan tugas kerja, dia pergi ke penjualan pakaian. Ketika memeriksa mantel kasmir yang mahal, hal itu memberinya inspirasi untuk kolom-nya, menyebut dirinya "Gadis di Green Scarf". Terkesan Lukas mengundang ke sebuah konferensi di Miami dan bola penting. Di sebuah restoran Alicia (Leslie Bibb), Lukas untuk meminta bola, meninggalkan Rebecca merasa kecewa. Di Miami, kata Rebecca kolektor kreditnya, Derek Smeath sebenarnya dia penguntit ketika ia mencoba untuk menghubunginya di sepanjang film.

Rebecca kembali ke rumah untuk konfrontasi dengan Smeath, jadi teman sekamarnya Suze membuatnya bergabung Shopaholics Anonymous. Pemimpin kelas, Miss Korch (Wendie Malick), memaksa dia untuk menjual semua pakaian yang baru saja membeli, termasuk pelayannya kehormatan untuk Suze gaun pengantin dan gaun yang dibeli untuk sebuah wawancara untuk acara TV sekarang kolom yang terkenal sebagai "The Girl di Green Scarf ". Dia menawarkan untuk membeli kembali baik gaun dari toko amal dia terpaksa untuk disumbangkan ke, tapi hanya dapat membeli satu, dan memilih gaun wawancara TV. Selama wawancara TV, Rebecca outed publik dan dituduh tidak membayar utang-utangnya oleh Derek Smeath, dan akibatnya kehilangan waktu istirahat job.Luke juga dengan dia setelah ia tahu bahwa ia berbohong kepadanya selama ini. Suze juga marah ketika dia menemukan bahwa Rebecca menjual gaun pengiring pengantin, dan tidak membiarkan dia kembali ke apartemen.

Rebecca kemudian kembali ke rumah orangtuanya ketika Allette sendiri tampaknya menawarkan posisi di majalah mode sebagai kolumnis baru, menulis tentang tawar-menawar penjualan. Sementara ini telah Rebecca rencana awal, ia mengatakan bahwa ia akan membuat kesalahan lain dengan mempengaruhi perempuan untuk terus berbelanja pakaian high-end. Dia menolak tawaran tersebut, dan kemudian memutuskan untuk menjual sebagian besar pakaian dalam format gaya lelang untuk membayar hutang-hutangnya.

Rebecca menjual semua pakaiannya dalam penjualan, namun ragu-ragu atas syal hijau selama lelang. Seorang wanita berambut pirang dan telepon penawar memulai perang penawaran atas syal. Lelang ini sukses, sehingga memungkinkan baginya untuk membayar semua utang-utangnya. Rebecca kemudian memberinya pembayaran ke kolektor kredit Derek Smeath, membayar itu semua dalam perubahan dengan meninggalkan ratusan stoples di kantornya. Rebecca kemudian menghadiri pernikahan Suze, setelah reklamasi nya dari gaun pengiring pengantin wanita tunawisma yang kemudian mendapat dari toko amal. Suze mengampuni dia dan membiarkan dia menjadi pendamping lagi. Rebecca dan Lukas bertemu lagi, dan Lukas mengembalikan selendang hijau setelah mengungkapkan bahwa ia adalah orang di balik kedua penawar di pelelangan. Rebecca akhirnya Luke bekerja untuk majalah baru, menulis kolom pertama berjudul "Confessions of a Shopaholic".
  



Coco Before Chanel (2009)


“Sukses sering dicapai oleh mereka yang tidak tahu bahwa kegagalan tidak bisa dihindari”.

“Success is often achieved by those who don’t know that failure is inevitable”.

Coco Chanel

Coco avant Chanel

Sesuai judulnya, film ini menceritakan kehidupan Coco Chanel sebelum dia memulai karirnya sebagai perancang busana. Sewaktu kecil, sekitar tahun 1890-an Gabrielle Chanel dan kakaknya, Adrienne dibesarkan di sebuah panti asuhan di sebuah kota kecil. Ketika dewasa, Gabrielle (Audrey Tautou) dan Adrienne (Marie Gillain) meninggalkan panti dan menyambung hidup sebagai pegawai tukang jahit di siang hari, dan jadi penyanyi duet di sebuah bar. Gabrielle kemudian bertemu dengan seorang oom2 kaya, Étienne Balsan (Benoît Poelvoorde), yg dengan seenaknya memanggil dia Coco, karena saat pertama ketemu Garbielle nyanyi lagu “..ada yg liat anjingku, Coco dari Trocadero?” ^_^. Gabrielle, yg makin sering dipanggil Coco, memang tidak pernah ramah pada lelaki toh dia memang bukan pelacur, tapi Balsan begitu tertarik padanya sehingga mereka pun jadi dekat layaknya teman. Singkat cerita, karena satu dan lain hal, Coco datang dan tinggal di kediaman Balsan di dekat Paris. Semacam simbiosis mutualisme, Balsan menjadikan Coco semacam “piaraan”, yah bisa diajak ngobrol, makan bareng, tidur bareng atau sejenisnya; balasannya, Coco jadi bisa hidup enak bak di istana meski tetap nggak boleh diketahui umum. Coco pun akhirnya terlibat dalam pergaulan Balsan yg kelas atas. Singkat cerita (lagi) dari lewat relasi2 inilah Coco bisa menemukan bahwa bakat dan hobinya membuat baju sendiri bisa menghasilkan uang, dimulai dari merancang berbagai model topi berkat seorang aktris, Emmilienne (Emmanuelle Devos) yg senantiasa memakai topi pemberian Coco sewaktu manggung di teater.
Tapi cikal bakal brand Coco Chanel tidak akan lengkap tanpa kisah asmaranya dengan seorang Inggris teman Balsan, Arthur ‘Boy’ Capel (Alessandro Nivola), yg notabene adalah orang pertama yg benar2 membuat Coco jatuh hati (hmm, Balsan baik dan asik sih, tapi itu bukan cinta). Karena memang tanpa ikatan dengan Balsan, Coco pun lumayan bebas bercengkerama dengan Boy, bahkan sampe liburan berdua ke pantai, padahal Boy sebenarnya juga tidak bisa ia miliki karena akan menikah dengan putri keluarga kaya di Inggris. Namun karena sudah biasa, mereka tetap berhubungan, bahkan Boy membantu modal untuk Coco merintis usaha bikin topi di Paris setelah memutuskan lepas dari Balsan, sebuah langkah paling awal menuju Coco Chanel yg nantinya dikenal dunia.
Saat nonton, gw merasa lucu juga bahwa meski berfokus pada kisah personal seorang Coco Chanel, film in menunjukkan pula bagaimana Coco bisa memperoleh inspirasi rancangan2nya yg revolusioner, serta jelinya mata Coco soal busana yg ditunjukkan lewat kritiknya terhadap busana wanita kelas atas yg menurutnya terlalu lebay. Ketika wanita saat itu semuanya sesak berkorset dan berbulu-bulu, baju bernyanyi Gabrielle/Coco dan Adrienne terlihat lurus2 saja, mungkin seperti baju para biarawati di panti mereka dulu. Begitu juga dengan bagaimana Coco memodifikasi pakaian Balsan menjadi pakaian yg bisa dipakai dirinya sendiri (baju perempuan yg nyaman mirip baju laki-laki, she did it first); terinspirasi baju nelayan dalam membuat kaos bermotif garis2 horizontal biru; serta membuat gaun hitam non-korset untuk pesta dansa…jadi kalian, para wanita, berterimakasihlah pada Coco Chanel yg memerdekakan kalian dari belenggu korset dan stagen ^o^’. Jadi selain bagian biografi, ditampilkan pula hint2 gebrakan yang nantinya dilakukan Coco di dunia fashion.
Tapi terus terang, mungkin juga karena pengaruh posisi duduk, gw kurang segitu impressed-nya sama film ini. Ceritanya menarik sih, tapi bagian dramatisasinya terlihat datar-datar saja. Okelah, karena berdasarkan kisah nyata, jadi “datar” bisa saja dimaklumi. Namun mungkin gw kurang terkesan dengan presentasi visualnya yg sebagian besar standar saja. Apa mungkin gw terlalu terpaku pada stigma kalo sineas Eropa selalu punya “mata” yg beda dari Hollywood, sebagaimana film Prancis lain satu2nya yg gw pernah nonton, Amélie (yg juga dibintangi Audrey Tautou)? Yah, bisa juga gitu. Satu2nya shot yg gw suka banget adalah bagian pertama ketika Gabrielle/Coco kecil melihat panti asuhan dari balik celah gerobak. Sisanya, so-so lah, walau setidaknya bisa menangkap ekspresi aktornya dengan cukup baik.
Nilai paling tinggi patut gw berikan buat para aktornya. Audrey Tautou sukses memerankan seorang wanita yg terlihat kuat namun menyimpan kepahitan masa lalu, pembawaannya pun sangat believable. Bagian terakhir, menggambarkan Coco sedang mengadakan fashion show perdananya sembari mengingat-ingat pengalaman masa lalunya, meski tanpa sepatah kata pun, mimik muka Audrey begitu luar biasa sempurna! Ini mungkin adegan favorit gw sepanjang film. Benoît Poelvoorde juga bermain bagus, sebagai pria angkuh yg bersifat baik tanpa perlu bersikap manis. Gw pun salut sama Alessandro Nivola, tapi lebih karena latar belakangnya: orang Amerika keturunan Italia berperan sebagai orang Inggris berbahasa Prancis (kurang ribet apa hidupnya hehe). Mereka dan para aktor pendukung lainnya menjadi faktor yg membuat gw tetap bersedia menikmati film yg gw rasa panjang padahal durasinya cuman 1 jam 45 menit ini. Kesimpulannya, ceritanya cukup efektif untuk mengenal kira2 bagaimana Coco Chanel sebelum menemukan passionnya, dan akting aktor2nya juga baik, hanya saja penyampaian keseluruhannya kurang menarik bagi gw, nggak ada yg terlalu spesial. But at least I watched on the big screen hwehwehwe…*pamer*